belang-belang hitam dan putih kulit zebra
California Zebra (Equus) adalah binatang dari famili kuda atau Equidae yang tubuhnya berbelang-belang hitam dan putih. Saat dilahirkan, bayi hewan itu coklat dan putih. Lama-lama kulit yang kecoklatan itu menghitam.
Mengapa kulit zebra bergaris hitam dan putih? Sejumlah penjelasan berbeda telah ditawarkan sejak Alfred Russel Wallace dan Charles Darwin memperdebatkan masalah itu sejak 120 tahun lalu. Termasuk, dugaan bentuk kamuflase, membantu melarikan diri dari predator dengan menyajikan visual yang membingungkan, mengatur penyerapan panas, atau semacam fungsi sosial.
Studi terbaru yang dipublikasikan jurnal ilmiah Nature Communications memetakan penyebaran geografis dari 7 spesies zebra yang berbeda, juga kuda, keledai, dan subspesies mereka dan merekam data ketebalan, lokasi, dan intensitas garis-garis di sejumlah bagian di badan mereka.
Lalu, jangkauan geografis hewan dibandingkan dengan variabel lain seperti habitat hutan, predator, suhu, dan jumlah ektoparasit seperti lalat tsetse.
Setelah mengkaji lokasi binatang bergaris dan sejumlah variabel yang tumpang tindih, para ilmuwan mengesampingkan semua penjelasan, kecuali satu: cara menghindari lalat pengisap darah. "Aku tercengang dengan temuan kami," kata penulis laporan sekaligus dosen biologi satwa liar dari University of California, Davis, Profesor Tim Caro, seperti dimuat Telegraph, 1 April 2014.
"Pola garis-garis makin banyak ditemukan di area tubuh hewan di mana ada lebih banyak gangguan gigitan lalat."
Sementara distribusi lalat tsetse sudah diketahui pasti di Afrika, para peneliti tak punya peta tabanid -- yang meliputi lalat kuda (horseflies) dan lalat rusa. Jadi mereka memetakan kondisi lokasi perkembangbiakan serangga-serangga itu.
Para ahli menemukan, motif garis-garis pada tubuh zebra sangat terkait dengan beberapa bulan berturut-turut waktu ideal untuk reproduksi Tabanid.
Tak seperti mamalia Afrika lain yang tinggal di area sama, bulu zebra lebih pendek daripada panjang mulut serangga yang mengincar mereka. Membuat mereka rentan. Diduga, warna hitam putih adalah hasil evolusi -- reaksi atas permasalahan yang mereka hadapi. Untuk mengusir serangga menggigit.
Namun, belum diketahui mengapa lalat menghindari permukaan bergaris. " Juga, "Tak ada yang tahu mengapa zebra memiliki pewarnaan mencolok seperti itu, " kata Caro.
"Tapi memecahkan teka-teki evolusi meningkatkan pengetahuan kita tentang alam dan dapat memicu komitmen lebih besar untuk melestarikannya."
Dengan memecahkan misteri kulit zebra yang hitam dan putih, bisa juga membantu manusia mengurangi risiko digigit serangga: dengan memakai kaus atau baju garis-garis. Meskipun para ilmuwan memperingatkan bahwa jenis permukaan bergaris dan bahan yang digunakan dapat memengaruhi efektivitasnya.
Garis-garis hitam dan putih mencerminkan berbagai macam cahaya terpolarisasi yang tidak bisa kita lihat. Tapi lalat bisa.
Dan jangan pernah remehkan lalat, khususnya tsetse. Ia bisa menularkan enyakit tidur atau African trypanosomiasis -- penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Trypanosoma.
Gejala awal adalah demam, sakit kepala, dan sakit di sendi, pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan penyakit ginjal. Penderita kemudian mengalami perubahan siklus tidur di mana mereka merasa ngantuk di siang hari dan tidak dapat tidur di malam hari. Bila tidak dirawat, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, koma, dan kematian. (Yus Ariyanto)
Sumber : Liputan6.com
Mengapa kulit zebra bergaris hitam dan putih? Sejumlah penjelasan berbeda telah ditawarkan sejak Alfred Russel Wallace dan Charles Darwin memperdebatkan masalah itu sejak 120 tahun lalu. Termasuk, dugaan bentuk kamuflase, membantu melarikan diri dari predator dengan menyajikan visual yang membingungkan, mengatur penyerapan panas, atau semacam fungsi sosial.
Studi terbaru yang dipublikasikan jurnal ilmiah Nature Communications memetakan penyebaran geografis dari 7 spesies zebra yang berbeda, juga kuda, keledai, dan subspesies mereka dan merekam data ketebalan, lokasi, dan intensitas garis-garis di sejumlah bagian di badan mereka.
Lalu, jangkauan geografis hewan dibandingkan dengan variabel lain seperti habitat hutan, predator, suhu, dan jumlah ektoparasit seperti lalat tsetse.
Setelah mengkaji lokasi binatang bergaris dan sejumlah variabel yang tumpang tindih, para ilmuwan mengesampingkan semua penjelasan, kecuali satu: cara menghindari lalat pengisap darah. "Aku tercengang dengan temuan kami," kata penulis laporan sekaligus dosen biologi satwa liar dari University of California, Davis, Profesor Tim Caro, seperti dimuat Telegraph, 1 April 2014.
"Pola garis-garis makin banyak ditemukan di area tubuh hewan di mana ada lebih banyak gangguan gigitan lalat."
Sementara distribusi lalat tsetse sudah diketahui pasti di Afrika, para peneliti tak punya peta tabanid -- yang meliputi lalat kuda (horseflies) dan lalat rusa. Jadi mereka memetakan kondisi lokasi perkembangbiakan serangga-serangga itu.
Para ahli menemukan, motif garis-garis pada tubuh zebra sangat terkait dengan beberapa bulan berturut-turut waktu ideal untuk reproduksi Tabanid.
Tak seperti mamalia Afrika lain yang tinggal di area sama, bulu zebra lebih pendek daripada panjang mulut serangga yang mengincar mereka. Membuat mereka rentan. Diduga, warna hitam putih adalah hasil evolusi -- reaksi atas permasalahan yang mereka hadapi. Untuk mengusir serangga menggigit.
Namun, belum diketahui mengapa lalat menghindari permukaan bergaris. " Juga, "Tak ada yang tahu mengapa zebra memiliki pewarnaan mencolok seperti itu, " kata Caro.
"Tapi memecahkan teka-teki evolusi meningkatkan pengetahuan kita tentang alam dan dapat memicu komitmen lebih besar untuk melestarikannya."
Dengan memecahkan misteri kulit zebra yang hitam dan putih, bisa juga membantu manusia mengurangi risiko digigit serangga: dengan memakai kaus atau baju garis-garis. Meskipun para ilmuwan memperingatkan bahwa jenis permukaan bergaris dan bahan yang digunakan dapat memengaruhi efektivitasnya.
Garis-garis hitam dan putih mencerminkan berbagai macam cahaya terpolarisasi yang tidak bisa kita lihat. Tapi lalat bisa.
Dan jangan pernah remehkan lalat, khususnya tsetse. Ia bisa menularkan enyakit tidur atau African trypanosomiasis -- penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Trypanosoma.
Gejala awal adalah demam, sakit kepala, dan sakit di sendi, pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan penyakit ginjal. Penderita kemudian mengalami perubahan siklus tidur di mana mereka merasa ngantuk di siang hari dan tidak dapat tidur di malam hari. Bila tidak dirawat, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, koma, dan kematian. (Yus Ariyanto)
Sumber : Liputan6.com